Kamis, 24 November 2011

softskill



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Mutu Pendidikan dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu : Input, Process, dan Ourput. Masih terdapat permasalahan yang berkaitan dengan Output dalam pembelajaran di Universitas Negeri Medan. Permasalahan tersebut ditandai dengan rendahnya prestasi belajar kelompok dalam pembuatan laporan.
Dengan berbagai alas an, penulis ingin melakukan perubahan metode, yaitu dengan menerapka metode diskusi. Memang penulis sering sering menggunakan metode diskusi dalam pembelajarn. Dalam diskusi tersebut yang aktif hanya beberapa mahasiswa tertentu saja mulai dari tugas kelompok, presentation kelompok, dan pembuatan makalah. Dalam arti laporan hasi diskusi tidak di pertanggungjawabkan oleh masing-masing anggota kelompok.
Metode diskusi dengan Hardskill dan Softskill adalah penerapan metode diskusi kelompok dengan melibatkan delapan komponen, yaitu : Etika, Komitmen, Argumentasi Logis, Kerjasama, Berkomunikasi, Leadership, Toleransi, dan Kemampuan Menganalisis. Metode ini merupakan strategi pembelajaran yang lebih mengaktifkan mahasiswa dalam mengkontribusikan pengetahuan sendiri dan orang lain.


B.     Identifikasi Masalah

Telah disebutkan dalam uraian diatas, bahwa pembelajaran dengan metode diskusi yang dilaksanakan belum dapat meningkatkan prestasi belajar, minat belajar, dan kreaktivitas mahasiswa. Hal itu dimungkinkan karena mahasiswa tidak menhetahui betapa pentingnya Hardskill dan Softskill dalam pembelajaran sehingga mahasiswa tidak dapat memecahkan masalah atau persoalan tentang pembelajaran yang mahasiswa hadapi.
Faktor lain yang memungkinkan pembelajaran kurang produktif dan bermakna adalah laporan hasil diskusi tidak di pertanggungjawabkan oleh masing-masing anggota kelompok, dan hasil laporan diskusi tidak diserahkan kapeda dosen. Disamping itu, diakhir pembelajaran dosen tidak membuat penilaian dan pengadaan feleksi ( minta kesan dan saran) dari mahasiswa, memungkinkan mahasiswa tidak tahu apa yang dipelajari.


C.    Perumusan Masalah

Telah diketahui  bahwa penerapan metode diskusi dengan hardkill dan softskill yang dilaksanakan dalam pembelajaran mempunyai banyak permasalahan. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah yang dapat dipecahkan dalam penelitian ini, yaitu :

a.       Berapa besarkah  komunikasi mahasiswa antar kelompok dengan hardskill dan softskill.
b.      Berapa besarkah kemampuan mahasiswa dalam menganalisi data dan persentasi laporan dalam kelompok.
c.       Bagaimanakah kerjasama yang dilakukan kelompok yang satu dan kelompok yang lain serta kerja sama kelompok dalam menhadapi masalah atau persoalan yang sedang dihadapi oleh mahasiswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode hardskill dan softskill.


D.    Tujuan Penelitian

Pentingnya pembelajaran dengan Hardskill dan Soft skill bagi mahasiswa Unimed dalam karya tulis ini di batasi pada kompetensi dasar menganalisis persoalan pembelajaran. Oleh karena itu, yang menjadi tujuan yang ingin dicapai adalah :
1.      Ingin mengetahui seberapa pentingnya hardskill dan softskill bagi mahasiswa Unimed.
2.      Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajarn dengan hardskill dan softskill bagi mahasiswa Unimed.
3.      Ingin mengetahui seberapa besar mahasiswa mencapai nilai terbaik dalam pembelajaran dengan hardskill dan sioftskill.


E.     Manfaat Peneitian

Apabila tujuan yang dihapkan dapat tercapai maka hasil pembelajaran ini pada berbagai pihak :

1.      Bagi penulis dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang pentingnya hardskill dan softskill bagi mahasiswa.pada pembelajaran lain.
2.      Bagi dosen lain dapat menerapkan metode diskusi hardskill dan softskill dalam pembelajaran.
3.      bagi mahasiswa dapat meningkatkan prestasi, motivasi, kreaktivitas dan komunikasi dalam pembelajaran,















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Hakekat Pembelajaran dengan Hardskill dam Softskill

Softskill adalah ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra-personal skills)  yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.
Hardskill adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
Tujuan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus dilandaskan pada 4 pilar yaitu learning how to know, learning how to do, learning how to be, dan learning how to live together. Dua landasan yang pertama mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan peserta didik mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengatahuan dan ketrampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memilik Hard Skill). Dengan kata lain peserta didik memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat bersaing untuk memasuki dunia kerja. Sedangkan 2 landasan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir berbagai kemampuan yang ada pada masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistemik menuju suatu tujuan bersama. Maksudnya bahwa untuk bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan bisa hidup berdampingan bersama orang lain baik di tempat kerja maupun di masyarakat maka harus mengembangkan sikap toleran, simpati, empati, emosi, etika dan unsure psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan Soft Skill.
Dosen sebagai salah satu komponen dalam system pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa, memiliki peranan penting dalam menentukan arah dan tujuan dari suatu proses pembelajaran. Kemampuan yang dikembangkan tidak hanya ranah kognitif dan psikomotorik semata yang ditandai dengan penguasaan materi pelajaran dan keterampilan , melainkan juga ranah kepribadian siswa. Pada ranah ini siswa harus menumbuhkan rasa percaya diri sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya sendiri yakni manusia yang berkepribadian yang mantap dan mandiri. Manusia utuh yang memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang mengenal dirinya, yang mengendalikan dirinya dengan konsisten dan memiliki rasa empati (tepo seliro). Menurut Howard Gardner dalam bukunya yang bejudul Multiple Inteligences (1993), bahwa ada 2 kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan mengembangkan kepribadian yaitu :
  1. Kecerdasan Interpersonal (interpersonal Intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara dan gerak tubuh orang lain (isyarat), dan kemampuan untuk menjali relasi dan komunikasi dengan berbagai orang lain.
  2. Kecerdasan Intrapersonal (intrapersonal intelligence) adalah kemampuan memahami diri dan bertindak adaptif berdasarkan pengetahuan tentang diri. Kemampuan berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran diri tinggi, inisiatif dan berani.
Mengingat pentingya soft skill dalam upaya membentuk karakter siswa, maka strategi pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah dengan mengoptimalkan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan lingkungan, serta interaksi banyak arah. Disamping itu perlu juga kreativitas guru untuk mampu memancing siswa untuk terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial dan emosional. Dengan demikian bila hal itu sudah terbiasa dilakukan oleh siswa maka akan terbawa nantinya bila mereka terjun di dunia kerja dan di masyarkat. Wallahu ‘alam bis shawab.
Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya. Dunia pendidikanpun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.

Adalah suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Lalu seberapa besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan?, kalau mengingat bahwa sebenarnya penentu kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh unsur soft skillnya.
Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Sayangnya, tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. Lalu siapa yang harus melakukannya? Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik.
Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)
Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.

B.     Metode Diskusi

Metode diskusi adalah  metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah yang lazim disebut sebagai kelompok dan restasi yang sama. Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh mahasiswa yang diatur dalam bentuk-bentuk kelompok. Tujuan penggunaan diskusi adalah untuk mendorong mahasiswa dan memberi stimulasi kepada mahasiswa agar menjadi mahasiswa yang tangguh. (Muhibbin, Syah, 1997).
Dari defenisi diatas dapat dinyatakan  bahwa metode diskusi merupakan cara cara lain dalam belajar mengajar, dimana dosen dan mahasiswa terlibat dalam proses interaksi secara aktif dan timbale balik dari dua arah (two or multiways of cominication), baik dalam perumusan masalah, penyampaian informasi, pembahasan, maupun dalam pengambilan keputusan.
Metode diskusi ini dapat meningkatkan motivasi mahasiswa untuk aktif dalam kelompok dan dapat bekerjasama serta mengetahui informasi dari berbagai pihak tentang tugas kelompok yang diberikan oleh dosen. Dimana mahaiswa unimed dengan menggunakan metode ini dapat menganalisis data hasil diskusi kelompok dengan adanya hardskill dan softskill ini dapat membuat mahasiswa unimed yang tangguh dan berprestasi dalam dunia kerja. (Depdiknas,1994).

C.    Kebaikan dan Kelemahan Metode Hardskill dan Softskill
Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.
Keuntungannya adalah mahasiswa dapat memiliki kompetensi yang memungkinkan mereka dapat bersaing untuk memasuki dunia kerja. Serta kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengatahuan dan ketrampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memilik Hard Skill). (Sarlito, Wirawan,1984)




























BABA III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Berdasarkan  deskripsi yang telah diuraikan dapat disimpukan bahwa mahaisawa unimed dengan hardskill dan softskill, dapat membuat dan mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir segala pengatahuan dan ketrampilan yang dimiliki masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memilik Hard Skill). Serta dapat mengacu pada kemampuan mengaktualkan dan mengorganisir berbagai kemampuan yang ada pada masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistemik menuju suatu tujuan bersama. Maksudnya bahwa untuk bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan bisa hidup berdampingan bersama orang lain baik di tempat kerja maupun di masyarakat maka harus mengembangkan sikap toleran, simpati, empati, emosi, etika dan unsure psikologis lainnya. Inilah yang disebut dengan (Soft Skil). Dan selain itu dengan adnya hardskill dan softskill mahasiswa Unimed dapat menjadi pelajar yang tangguh.
Dengan menjadi pelajar yang tangguh dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dalam memecahkan masalah baik dikampus maupun dimasyarakat. Dengan softskill dan hardskill inilah mahasiswa unimed mendapat  bekal dalam bersaing didunia kerja. Dan dapat menjadi pemimpin yang baik dalam berbagai masalah.
Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.
Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas): Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.
Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

B.     Saran-saran

Mengingat pentingnya hardskill dan softskull bagi mahasiswa unimed dapt mendorong mahasiswa unimed untuk lebih aktif dalam belajar, meningkatkan prestasi dan motivasi belajar, untuk menjadi menjadi mahasiswa yang tanguh dalam berbagai bidang.
Dengan hal tersebut mahasiswa unimed diharapkan agar memiliki hardskill dan softskill agar dapat menjadi mahasiswa unimed yang tangguh  dan juga agar dapat menjadi seseorang yang memiliki sifat kepemimpinan














DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 1994. Buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Balai Pustaka.
Gardner, Howard.1993. Multiple Inteligences .New Jespey : Scon Edocation Prentic-Hall, Inc.
Muhibbin, Syah. 1997. Pskologi Pendidikan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Sarlito, Wirawan.1984. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : Rajawali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar